SELAMAT DATANG :)
SEKAPUR SIRIH
Sekapur
sirih yaitu sirih, pinang, kapur, gambir dan tembakau yang di jadikan
satu, yang disusun dalam sebuah tepak sirih. sekapur sirih ini sangat
lekat dengan budaya melayu. Dalam masyarakat melayu sekapur sirih
mempunyai arti hormat menghormati, berbudi bahasa, bersatu padu, hidup
beradat dan berperaturan.
Sejak
dahulu dalam masyarakat melayu tepak sirih dan bahan-bahannya membawa
satu pengertian bagi orang yang membawa dan menerimannya. Bahan-bahan
yang terdapat dalam sekapur sirih juga membawa pengertian yang tertentu:
- Sirih, pohonnya bersifat memanjat dan memerlukan sandaran, arti dari sirih sifat merendah diri dan memuliakan orang lain, sedangkan diri sendiri adalah pemberani.
- Kapur, didapati dari kerang atau batu kapur, rupanya putih bersih dan rasanya payau sementara sifatnya hangat dan melencurkan. jadi arti dari kapur melambangkan hati yang bersih tapi jika dalam keadaan memakasa bisa juga menimbulkan kemarahan.
- Gambir, gambir sifatnya peyamak dan rasanya kelat kepahit-pahitan, gambir berarti ke kekalan hati.
- Pinang, Pinang yang telah di kupas berbentuk bulat dan keras, rasanya kelat dan jika sudah di belah dua nampaklah warna keputihan, maka pinang melambangkan keturunan orang baik-baik, sedia membuat sesuatu dengan hati yang terbuka dan segala kesungguhan.
- Tembakau, daun tembakau yang sudah di iris tipis-tipis dan di keringkan agar tahan lama, rasanya pahit dan sifatnya memabukkan. Melambangkan seseorang yang tabah dan bersedia berkorban.
Sekapur
sirih ini banyak di pakai dalam acara-acara adat baik itu dalam
perkawinan atau dalam suatu pembukaan suatu pertemuan. Biasanya baik
yang membawa atau yang menerima tepak sirih ini akan memakan atau
menyirih terlebih dahulu.Dalam hal ini dapat di artikan " jangan tuan
terlalu merendah diri saya mengetahui bahwa tuan seorang pemberani dan
manusia yang suka memuliakan orang lain'.
Dalam masyarakat palembang ritual sekapur sirih tidak pernah ketinggalan, apalagi dalam acara perkawinan.
Biasanya di lakukan oleh orang-orang yang sudah tua-tua seperti mancik, bicik, uwak, nenek dan sebagaiannya yang di tuakan dalam masyarakat.
Acara ini juga di selinggi dengan pantun yang saling bersautan. Pantun dapat juga berfungsi sebagai suatu interaksi yang saling berbalas, baik itu di lakukan dalam situasi formal maupun informal.
Pantun dalam masyarakat biasanya di sesuaikan dengan tema yang sedang di perbincangkan. Dalam situasi formal biasanya dalam acara meminang anak gadis, dan dalam membuka suatu pidato, sedangkan dalam situasi informal seperti perbincangan antara rekan sebaya. Dalam pantun juga terdapat jenis-jenis pantun yang berisikan nasehat agama, pantun berkasih sayang, pantun suasana hati dan masih banyak lagi pantun-pantun lainnya.
Biasanya di lakukan oleh orang-orang yang sudah tua-tua seperti mancik, bicik, uwak, nenek dan sebagaiannya yang di tuakan dalam masyarakat.
Acara ini juga di selinggi dengan pantun yang saling bersautan. Pantun dapat juga berfungsi sebagai suatu interaksi yang saling berbalas, baik itu di lakukan dalam situasi formal maupun informal.
Pantun dalam masyarakat biasanya di sesuaikan dengan tema yang sedang di perbincangkan. Dalam situasi formal biasanya dalam acara meminang anak gadis, dan dalam membuka suatu pidato, sedangkan dalam situasi informal seperti perbincangan antara rekan sebaya. Dalam pantun juga terdapat jenis-jenis pantun yang berisikan nasehat agama, pantun berkasih sayang, pantun suasana hati dan masih banyak lagi pantun-pantun lainnya.
Pantun kerinduan dari seorang perempuan
Air keruh bertambah keruh
Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang
Musim kemarau semakin panjang
Hatiku rusuh bertambah rusuh
Karena risau menunggu abang
Tujuh hari dalam seminggu
budak duduk membelah rotan
tubuhku lesu memendam rindu
awak bertepuk sebelah tangan
Asam kandis asam gelugur
ketiga asam riang-riang
menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang
ketiga asam riang-riang
menangis di pintu kubur
teringat badan tidak sembahyang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar